Kamis, 22 Oktober 2015

Kilas Balik

Merenungkan mu kini menggugah haruku... Ada jemari-jemari yang melenggak lenggok dalam tuts itu.. mencoba mencari celah untuk bernafas.. mozaik warna berterbangan tidak menentu, tidak berharap warna menyatu, hanya berharap damai dengan waktu.. menghelka udara dalam bias cerita.. tidak berharap sampai di ujung jalan, hanya memandang dalam diam.. daun itu gugur lagi setelah sebelumnya dia terhempas angin ego,, kini benar-benar gugur dengan ketidak sanggupan... tubuhnya terbaring mengikuti nada yang mematikan,, mengelupaskan dentum-dentum yang mengering, gaun angkuhnya terebah di ufuk senja.. menghipnotis semua bola mata yg terlanjur terbuka,, bukan hancur,,, bukan,,, itu hanya warna yg gelap yg menutup tiap lembar warna pelangi,, kali ini merajum di atas dipan dengan senyum, yg siapapun melihatnya akan jatuh pingsan bukan buruk hanya memilukan... seperti kelok jalan tidak memupuskan hanya saja, meragukan... jika sebuah senja harus meredup, mengapa fajar jga tidak mmpu bersinar??? mengapa pelangi tidak berwarna??? carilah jawabnya! semua adlh 1 dlm alunan kisah.. mngkin tidak ada lagi air mata,, hanya mungkin ada segores senyum yg terlanjur berdarah... biar hatimu dilapisi emas, tapi tidak mungkin engkau sanggup menghentikan padam nya rasa... biar jiwamu tergenggam perak,, tidak mungkin engkau membodohi cahaya tulus... Hujan di musim Oktober menghapus semua bayang dalam benak dan hatiku... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar